The Wedding

Sama sekali nggak pernah merencanakan kapan atau di umur berapa aku akan menikah. Terpikirkan untuk ingin menikah muda, konsep impian menikah macam apa dan lainnya sama sekali nggak pernah ada. Tapi untuk memutuskan menikah di umur 24 tahun menurutku waktu yang pas, menurutku ya. Sebagian orang mungkin bilang bahwa itu masuk dalam kategori menikah muda, tapi itu relatif. Kembali lagi ke kita masing-masing. Kebanyakan dari semua teman-teman deket ku dan yang seumuran-ku mungkin belum ada yang memutuskan untuk menikah.

Akan terkesan aneh buat aku kalau misalnya aku masih mempertanyakan keyakinan ku untuk menikah dengan pacar sendiri. Masalah nya bukan di situ, tapi di siap tidaknya aku untuk bisa menyesuaikan dengan itu semua. Hampir 3 tahun bareng, itu sebenernya belum cukup menjamin. Kita harus melalui deep conversation satu sama lain dulu dengan kemantapan kami untuk menikah. Tentang seberapa mateng kami untuk bisa bergantung satu sama lain. Kami sama sekali nggak menganggap menikah hal yang mudah, tapi nggak se tegang itu juga. Ya ada orang yang memutuskan untuk menikah karena waktu alias umur, ada yang dengan mudah karena memang sudah mampu untuk menikah alias tajir atau ada yang memutuskan karena perjodohan mungkin. Tapi Bismillah kami memutuskan karena kami memang sudah yakin, ingin belajar banyak dan bersama jauh lebih lama lagi.

Semenjak lamaran (31 Maret 2018) lalu, waktu bener-bener kerasa makin lebih cepat. Sama sekali nggak kerasa 8 bulan jarak antara lamaran dan tanggal yang sudah di putuskan oleh kedua keluarga kami. Keluarga memutuskan hari baik sesuai dengan perhitungan Jawa. Keluarga ku memang bukan murni keturunan Jawa, tapi tidak masalah akan hal itu. Hari baik itu jatuh di tanggal 16 Desember 2018, Minggu. Dari awal, kami sepakat untuk merencanakan semua rangkaian acara dan seluruh tetek bengek pernikahan sendiri. Tanpa WO, tanpa bantuan orang banyak dan bener-bener hanya keluarga inti. Mungkin ada sebagian teman bahkan saudara belum banyak yang tau tentang hal ini. Untuk acara kami juga sepakat hanya melangsungkan acara di satu hari itu aja, supaya nggak terlalu ribet dan capek. Balik lagi sih, intinya di pernikahan itu sendiri gimana. Kami fokus pada niat kami, melangsungkan Ijab Qobul dan mengesahkan hubungan kami. Bukan fokus pada megahnya acara dan bukan fokus pada banyak-banyakan tamu yang hadir dan sebagainya. Secara jaman sekarang nikah kalau nggak di gedung, ya bukan nikah namanya.


    Persiapan


Persiapan sekitar 7 bulan, menurutku itu lebih dari cukup. Dari hal yang paling kecil sekalipun kami atur dan konsep sendiri. Alhamdulillah keluarga kami bukan keluarga kolot yang kaku dan harus mengikuti aturan apapun. Misalnya aja, mereka bener-bener mempercayakan segala konsep pernikahan ke kami. Konsep awal yang kami pengenin yang bener-bener intimate, dan yang terpenting bener-bener fokus pada inti acaranya dan keluarga besar kami. Tamu sekitar 200-250 sudah termasuk dengan 2 keluarga besar kami, kami rasa pas dan nggak bikin ruwet. Pada dasaranya keluarga kami juga setuju dengan acara yang tidak terlalu ribet dan simple.


   H-1

Karena persiapan kami cukup, jadi sehari sebelum acara bener-bener nggak ada hal berat yang perlu di persiapkan. Mungkin lebih ke persiapan baju akad, cek lokasi, memantapkan rundown acara, memastikan orang-orang yang akan membantu jalannya acara dan yang lainnya. Malam sebelum malam akad, dirumah tentu harus diadakan pengajian. Pengajian supaya di beri kemudahan hari esok nya sekaligus kirim doa untuk Almarhum (Ayah & Kakek). Selain acara pengajian, sebetulnya nggak ada hal-hal penting yang diluar konsep tadi.

    Germisi di Pagi Hari

Hal yang sedari malam kami wanti-wanti pun terjadi. Yak, gerimis. Sebenernya sejak malam itu udah hujan dan kami tetep positif untuk hari ini. Untuk dekor venue pun di lakukan dari dini hari sampai subuh karena kendala hujan. Maklum, karena semi outdoor jadi menyesuaikan cuaca juga. Kalau kata orang gerimis itu berkah, brarti kami harus syukuri itu. Kami bersyukur bisa merasakan proses Ijab Qobul bebarengan dengan gerimis. Tapi sama sekali nggak merusak moment dan merusak acara kok, karena alhamdulillah-nya selesai ijab qobul langsung cerah. Lumayan, bisa ada cerita ke anak cucu kami kalau acara pernikahan kami di rayakan dengan gerimis.


Mulai scrolling instagram untuk cari-cari vendor ternyata susah. Susahnya di harga sih hehe. Makin kesini vendor-vendor harganya makin mahal dan jauh dari budget kami. Lalu kenapa nggak memanfaatkan temen aja ? siapa tau dapet harga temen. Mulai dari hal terpenting aja dulu, venue. Lalu dekor dan lain sebagainya menyesuaikan dengan konsep dan alhamdulillah banyak temen-temen yang mau gabung dan kontribusi di acara kami. Untuk printilan seperti undangan, souvenir, make up dll bener-bener berjalan dengan sendirinya dan diluar ekspektasi. Balik lagi di ingatkan ke niat kami, jadi lebih bisa kontrol diri untuk nggak jor-joran di pengeluaran yang nggak begitu penting dan tapi masih tetep sesuai konsep.



 


 



   Vendor

Banyak dari temen-temen yang mungkin nanya vendor-vendor yang aku pakai. Agak sedikit bingung, karena setau aku semenjak scrolling instagram dan survey untuk cari vendor itu ada banyak banget bahkan ribuan vendor yang bagus-bagus yang ada di Jogja. Cuma aku sendiri pilih ini karena menyesuaikan budget dan karena memang kami udah ada yang saling kenal sebelumnya.


1. Venue
Mungkin ini yang paling susah dari semuanya. Di Jogja itu sebenernya ada banyak banget venue-venue yang menarik. Apalagi sekarang jamannya outdoor, rustic, bohemian dan lainnya itu tersedia banyak banget lokasi. Aku sendiri kurang begitu tertarik di gedung karena agak sumpek untuk aku, makannya sama sekali nggak menyinggung kesitu. Dan dengan jumlah tamu yang sedikit mungkin sedikit berlebihan kalau di gedung. Jadi aku memutuskan untuk cari lokasi yang semi outdoor, meskipun beresiko. Rata-rata untuk saat ini sewa gedungnya aja itu bisa sampai belasan juta. Kalau menurutku, budget segitu bisa untuk yang lain atau di alokasikan ke yang lain. Nah, alhamdulillahnya adalah aku dapet venue (Villa & Resto Gondang Legi) yang semi outdoor dan bisa sekaligus catering plus penginapan. Mungkin nggak seluas itu dan nggak terlalu sempit. Kalau 3 hal bisa di jadikan 1 hal di satu tempat sekaligus, kenapa harus mikir.

2. Dekorasi

Awalnya aku sempet nyari vendor dekor yang biasa nanganin outdoor decoration. Iseng-iseng nanya di instagram. Kaget banget karena over budget banget kalau aku paksain. Rata-rata hampir dari 10-an vendor yang aku tanya mungkin bisa sekitar belasan dan bahkan ada yang nembus puluhan juta. Ada yang include banyak hal dan ada juga yang itu baru backdrop dan lainnya. Kaget dong. Dan akhirnya setelah dipikir kenapa nggak pakai vendor yang sama sewaktu dekor lamaran aja ya ?. Enaknya (Esartadecoration) adalah dia nggak matok harga alias bisa menyesuaikan budget yang udah kami buat. Hampir semuanya kami percayakan ke vendor ini. Mulai dari semua dekor set, seserahan, mahar, ring box dan lainnya. Karena udah kenal dan sama-sama saling percaya sejak awal juga jadi tek-tok nya enak. Ternyata setelah memutuskan pakai esarta kembali, yang di dapet justru melebih dari yang aku usulin di awal.










3. Busana & Make Up
Niat dari awal memang aku pengen bikin kebaya sendiri. Kalaupun sewa, asalkan bisa pas di badan dan cocok sama model nya ya nggak masalah. Mungkin aku sedikit cerewet di bagian ini. Aku cuma menghindari ke-tidak-pede-an ku kalau pakai kebaya, nanti dikira hamil. Perutku ini bener-bener nggak bisa di kondisikan meskipun nyatanya baju yang aku bikin hasilnya tetep aja nggak menutupi itu. Untuk adat yang aku pilih, jelas Jawa. Secara Suami & Mertuaku (cieh) juga bener-bener asli Jawa dan ingin anaknya kelihatan gagah pakai pakaian adat. Jadi, kami memutuskan untuk sewa pakaian adatnya di salon (Salon Dior) yang memang kain-kain Jawa nya di sana bagus dan nggak norak.

Aku nggak pakai MUA yang sering orang-orang pada ngira. Aku nggak sanggup bayar MUA yang semahal itu. Cukup pakai perias dari salon (Salon Prima) langganan aku dan keluargaku sedari kecil. Aku sering panggil perias di salon tersebut dengan panggilan Budhe, karena sedekat itu dengan keluargaku. Beliau ini adalah Ibu dari kerabat SD-nya kakak ku. Sudah hafal sama cerewetku dan tipe dandanan yang aku mau semenjak merias wajah ku dari jaman wisuda SD, SMP, SMA dan wisuda kuliah kemarin.




4. Foto & Video
Dari semua vendor, aku rasa vendor ini yang paling penting. Aku juga sempat cari vendor ini dari sosial media, cuma masih tetep mau menyesuaikan budget. Karena yang terpenting adalah dia bisa mendokumentasikan dengan baik itu lebih dari cukup. Akhirnya kami memilih Hector (Solo Career) atau orang yang sama sewaktu dia foto postwedd kami sebelumnya. Karena kami juga saling kenal jadi enak aja buat kami berkomunikasi dan nggak begitu malu untuk ber-ekspresi. Aku kurang suka dengan tukang foto yang terlalu kurang santai alias kaku ketika ngambil moment (ngertikan ?). Alhamdulillah-nya dia bisa wujudin semua mau kami mulai dari konsep dan editan macam apa yang aku mau.

5. Hiburan

Randomly, aku kontak langsung dengan teman kuliah. Aku kenal dekat dengan Helmi (Efhaofficial) karena memang dari kuliah aku tau dia mengurus sebuah band. Awalnya sama sekali nggak terpikirkan untuk menampilkan sebuah band akustik. Sekali aku pernah nonton acara musiknya band ini secara langsung dan itu keren. Jadi kenapa enggak pakai mereka aja. Hampir nurutin semua mau kami dengan semua list lagu yang pengen supaya mereka nyanyikan. Nyesel karena sama sekali nggak bisa nyanyi bareng, niatnya begitu.

6. Undangan & Souvenir
Aku lebih banyak menghabiskan waktu pencarian di sosial media itu mengenai dua hal ini. Prioritas kami untuk nyari souvenir itu lebih ke 'berguna' nya barang itu sendiri. Kami nggak mau kalau souvenir itu ujungnya cuma di pajang di etalase kaca atau bahkan cuma di taruh, bahkan lebih parah di buang. Mencoba memposisikan barang apa yang kira-kira di butuhkan setiap orang tapi nggak meribetkan si tamu untuk di bawa. Dan akhirnya kami memilih, Pouch. Buat aku ini berguna, terutama untuk cewek membawa kaca kecil dan lipstik. Bisa juga untuk charger atau powerbank dan lainnya. Mikir di awal ini bener-bener berguna. Tapi sayangnya sedikit tidak sesuai harapan karena ada kesalahan komunikasi di awal mengenai warna yang di pilih dan ukuran yang ternyata terlalu kecil hehe.


Untuk undangan ini adalah yang paling melelahkan. Pada intinya aku sudah mulai memikirkan untuk design se-minimalis mungkin, nyatanya tidak semenarik itu. Yang ada di isi kepalaku adalah 'pantas nggak ya ?' dan 'macam undangan ulang tahun nggak sih?'. Masih kaget dengan harga undangan yang bisa mencapai 35ribu per undangannya itu undangan yang terbuat dari apa aku bingung. Sampai pada akhirnya aku jatuh cinta sama seseorang yang membuka jasa membuat undangan handcraft. Dan hebatnya dia mengerjakannya sendiri dari cat lukis. Aku suka karena itu bener-bener kreatif banget dan aku puas sama design yang aku buat sendiri. Lucu dan hasilnya juga memuaskan banget.



Ada banyaaaak banget cerita dan detail di setiap proses. Proses dari awal sampai di hari H. Ada banyak masalah sampai jadi hal yang lucu, ada banyak hal yang nggak terduga dan yang nggak kita ngira sebelumnya. Senangnya adalah ketika bisa saling kenal antar dua keluarga besar sekaligus. Kami bisa reuni dengan teman-teman sekolah dan kuliah yang ada di Yogyakarta yang bahkan setelah lulus belum sempat kita temui. Kami bisa saling kenal dengan kerabat masing-masing. Walaupun acaranya cukup singkat atau hitungan jam, tapi itu semua benar-benar akan jadi pengalaman sekali seumur hidup kami.

Masih banyak hal yang perlu aku ceritakan, tapi yang terpenting dari semuanya adalah ini hari paling istimewa dan indah untuk kami. Semua kegembiraaan, tawa, haru, dan sedih tercampur di hari baik ini. Dan sekarang aku sudah menjadi seorang istri. Aku menjadi patrner hidup seseorang dan menjadi pendamping seseorang. Terimakasih Nandaru, sudah memilih saya untuk menjadi bagian dari itu semua. Kita mulai dari hari ini, lembaran baru kami.


Love 💍